Pada jaman
dahulu kala, di daerah Sumidang, Sumatera Selatan, terdapat
sebuah kerajaan besar. Di Kerajaan itu terdapat seseorang pangeran yang bernama
Serunting. Serunting adalah keturunan dari Raksasa yang bernama Putri
Tenggang. Sifat Pangeran Serunting adalah mempunyai rasa iri hati
terhadap apa yang dimiliki orang lain. Ia hidup dengan istrinya di
kerajaan.Pangeran Serunting memiliki seorang adik ipar atau adik dari istrinya
yang bernama Aria Tebing.
Serunting memiliki sebuah ladang,begitu pula dengan Aria
Tebing. Letaknya bersebelahan dan hanya dipisahkan dengan pepohonan. Di bawah
pepohonan itu tumbuhlah tanaman Cendawan atau Jamur. Namun,Cendawan
yang tumbuh itu menghasilkan hal yang jauh berbeda. Cendawan
yang menghadap kearah Ladang milik Aria Tebing tumbuh menjadi logam emas. Sedangkan
Cendawan yang menghadap kearah Ladang milik Serunting tumbuh menjadi tanaman
yang tidak berguna. Hal ini menimbulkan rasa iri pada hati Serunting.
“Mengapa
Cendawan yang menghadap ke ladangku tumbuh menjadi tanaman yang tidak berguna? Sedangkan
yang menghadap kearah ladang milik Aria Tebing tumbuh menjadi logam emas. Ini
pasti perbuatan Aria Tebing”.
Keesokan harinya, Serunting menghadap Aria Tebing
dengan perasaan dendam dan marah.
”Hai Aria Tebing,kamu telah brbuat
curang kepadaku. Aku tidak terima cendawan yang tumbuh di pepohonan pembatas
itu, yang menghadap kearah ladangmu tumbuh menjadi logam emas, sedangkan
cendawan yang menghadap ke ladangku tumbuh menjadi tanaman yang tidak berguna. Ini pasti perbuatan curangmu bukan?!” ucap
Serunting kepada Aria Tebing.
”Tidak,tidak,Aku tak pernah berbuat
curang kepadamu”ujar Aria Tebing membela diri.
”Sudahlah,kamu jangan berbohong!dua
hari lagi, kita akan berduel,bersiaplah kamu Aria Tebing” ucap
Serunting menantang Aria Tebing.
Setelah itu, Serunting meninggalkannya. Aria
Tebing kebingungan. Ia mencari ide agar dapat mengalahkan Serunting. Ia tahu
bahwa Serunting itu adalah orang yang sakti.
“Bagaimana aku bisa mengalahkan
Serunting? Serunting itu orang sakti, tak mungkin aku bisa
mengalahkannya”. Ujar Aria
dalam hati
Setelah lama berpikir,akhirnya Aria Tebing mendapat ide. Ia
membujuk kakaknya (istri dari Serunting) untuk memberitahukan rahasia kelemahan
Serunting.
“Wahai kakakku, beritahukanlah
rahasia kelemahan suamimu, Serunting, Beritahukanlah! Aku
dalam keadaan terdesak, suamimu akan menantangku untuk bertanding. Kalau
aku kalah,pasti aku akan terbunuh” kata Aria
”Maaf adikku, aku tak
akan mau mengkhianati suamiku, aku tidak mau memberitahukannya”ucap
istri dari Serunting.
“Tetapi,bila kau tidak
memberitahukannya, nanti aku dibunuh olehnya, aku tidak akan membunuhnya”bujuk
Aria Tebing.
”Baiklah, akan
kuberitahukan. Kesaktian Serunting berada pada tumbuhan ilalang yang
bergetar meskipun tak tertiup angin”jawab Istri Serunting memberitahukan
kesaktian suaminya.
”Terima Kasih, Kak, kau
telah menyelamatkanku”ucap Aria Tebing berterima kasih.
Keesokan harinya, Serunting menemui Aria Tebing untuk
mengadu kekuatan. Sebelum bertanding, Aria menancapkan tombaknya ke
ilalang yang bergetar meskipun tak tertiup angin. Serunting pun terluka parah. Merasa
dikhianati istrinya, Serunting pergi mengembara. Saat ia sampai di Gunung Siguntang, ia
berhenti dan bertapa disana. Saat sedang bertapa, ia
mendengar suara bisikan gaib.
“Hai Serunting, maukah kau mendapatkan kekuatan Gaib? Kalau kamu mau, aku akan
menurunkan ilmu itu kepadamu”.
Suara
itu tak lain adalah suara Hyang Maha Meru. Serunting pun menjawab dan bertanya.
“Baiklah, wahai
Hyang Mahameru, aku mau kekuatan itu”. Jawab Serunting
”Tapi, ada satu persyaratan, Kamu
harus bertapa dibawah pohon bambu, setelah tubuhmu ditutupi oleh daun-daun
dari pohon bambu itu, kamu berhasil mendapatkan kekuatan itu” ucap
Hyang Mahameru.
”Baiklah, aku
menerima persyaratan itu” ucap Serunting.
Serunting pun bertapa dibawah pohon bambu. Tak
terasa, dua tahun telah berlalu. Serunting masih bertapa, belum
beranjak dari tempatnya bertapa, yaitu di pohon bambu. Daun-daun
dari pohon bambu sudah menutupinya. Serunting pun sadar dan beranjak
dari tempat itu. Kini kesaktian yang dimilikinya adalah setiap perkataan yang
keluar dari mulutnya akan menjadi kenyataan dan kutukan. Pada
suatu hari, ia berniat ingin pulang ke kampung halamannya, Sumidang. Dalam
perjalanannya, ia mengutuk semua pohon tebu menjadi batu.
“Hai
pohon tebu, jadilah Batu”.
Dalam sekejap,pohon-pohon tebu tersebut menjadi batu. Di
sepanjang tepi Sungai Jambi, ia mengutuk semua orang yang ia
jumpai menjadi batu. Serunting menjadi orang yang angkuh dan sombong. Oleh
karena itu,orang-orang menjulukinya dengan nama “Si Pahit Lidah. Saat ia
tiba di sebuah Bukit yang bernama Bukit Serut, ia mulai menyadari kesalahannya. Ia
mengubah Bukit Serut yang merupakan bukit yang gundul menjadi hutan kayu.
Dalam sekejap, bukit itu berubah menjadi hutan
kayu. Orang-orang berterima kasih pada Serunting karena telah
mengubah Bukit yang gundul itu menjadi Hutan Kayu karena mendapatkan hasil kayu
yang melimpah. Saat Serunting tiba di sebuah desa yang bernama Desa Karang
Agung, ia melihat sebuah gubuk tua. Di gubuk itu tinggalah sepasang
Suami Istri yang sudah tua renta. Mereka hidup sangat miskin. Meskipun
mereka sudah tua, mereka bekerja keras mengangkut kayu bakar. Merasa
kasihan, Serunting mendatangi sepasang suami istri tua renta itu. Serunting
berpura-pura meminta seteguk air minum.
Oleh sang nenek, Serunting diberi seteguk air minum. Karena
kebaikannya, Serunting akan mengabulkan apa saja yang mereka minta. Mereka
hanya ingin dikaruniai seorang anak untuk membantu mereka bekerja. Ketika
melihat ada sehelai rambut yang rontok menempel pada baju sang nenek, Serunting
mengambilnya. Serunting mengubah rambut itu menjadi seorang bayi.
“Wahai
rambut, jadilah engkau seorang bayi!”.
Pasangan
tua itu berterima kasih kepada Serunting.
“Terima
kasih nak, semoga engkau diberkahi Tuhan”.
Serunting bahagia bisa membantu orang lain. Meskipun
kalimat yang keluar dari mulutnya berbuah manis, orang orang masih menjulukinya
dengan nama Si Pahit Lidah. Serunting melanjutkan perjalanannya
ke Sumidang. Di sisa perjalanannya, Serunting belajar untuk membantu
orang lain dan berusaha menolong orang yang kesulitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar