Alkisah
pada jaman dulu di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, hiduplah orang orang Suku Laut
yang dipimpin oleh Batin Lagoi. Pemimpin Suku Laut ini merupakan seorang yang
santun dan memimpin dengan adil. Tutur katanya yang lemah lembut terhadap siapa
saja membuat masyarakat Suku Laut sangat mencintai pemimpin mereka itu.
Guna
mengetahui keadaan rakyatnya, Batin Lagoi senantiasa berkeliling. Pada suatu
hari, Batin Lagoi berjalan menyusuri pantai yang disekitarnya penuh ditumbuhi
semak pandan. Sayup sayup telinga Batin Lagoi menangkap suara tangisan bayi.
“Anak siapa itu yang menangis di
tempat seperti ini ?’, pikirnya heran sambil memandang sekeliling. Karena ia tak
melihat seorangpun, Batin Lagoi meneruskan langkahnya.
Baru
beberapa langkah, Batin Lagoi kembali mendengar suara tangisan bayi yang kini
semakin jelas. Batin Lagoi kembali memandang sekeliling, namun ia tak jua
melihat seorangpun disana. Karena penasaran, Batin Lagoi mengikuti asal suara
tangisan yang membawanya ke semak semak pandan. Batin Lagoi menginjak semak
semak itu dengan hati hati. Suara tangisan bayi terdengar semakin keras. Batin
Lagoi tercengang melihat seorang bayi perempuan yang diletakkan diatas dedaunan
yang kini berada di depannya. Rasa heran kembali menyergap Batin Lagoi.
‘‘Siapa gerangan yang meletakkan bayinya disini ?’’, gumamnya
pelan.
Batin Lagoi terdiam sejenak. Setelah memastikan tak ada
orang di sekitar situ, Batin Lagoi memutuskan untuk membawa pulang bayi
perempuan yang cantik itu. Sang
bayipun berhenti menangis ketika Batin Lagoi menggendongnya. Batin Lagoi merawat bayi perempuan
itu dengan penuh kasih sayang bak anaknya sendiri. Terkadang ia merasa bayi itu
memang diberikan Tuhan untuknya. Bayi perempuan yang diberinya nama Putri
Pandan Berduri itu sungguh membawa kebahagiaan bagi Batin Lagoi yang selama ini
hidup sendiri.
Tak
terasa waktu berlalu begitu cepat. Putri Pandan Berduri telah tumbuh menjadi
seorang gadis yang cantik jelita. Bukan hanya parasnya yang menawan, Putri
Pandan Berduri juga memiliki sikap yang sangat anggun dan santun layaknya
seorang putri. Tutur katanya yang lembut membuat masyarakat Suku Laut
mencintainya. Banyak pemuda yang terpikat akan
kecantikan Putri Pandan Berduri. Meski demikian tak seorangpun berani
meminangnya. Batin Lagoi memang berharap agar putrinya itu berjodoh dengan anak
seorang raja atau pemimpin suatu daerah.
Tersebutlah
seorang pemimpin di Pulau Galang yang memiliki dua orang putera bernama Julela
dan Jenang Perkasa. Sedari kecil kakak beradik itu hidup rukun. Kerukunan itu
sirna ketika sang ayah mengatakan bahwa sebagai anak tertua, Julela akan
menggantikan dirinya sebagai pemimpin di Pulau Galang kelak. Sejak itu, Julela
berubah perangai menjadi angkuh. Ia bahkan mengancam Jenang Perkasa agar selalu
mengikuti setiap perkataannya sebagai calon pemimpin. Jenang Perkasa sungguh kecewa akan
sikap kakaknya. Akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Pulau Galang. Berhari
hari ia berlayar tanpa mengetahui arah tujuan hingga tiba di Pulau Bintan.
Jenang Perkasa tak pernah mengaku sebagai anak pemimpin Pulau Galang. Sehari
hari ia bekerja sebagai pedagang seperti orang kebanyakan.
Sebagai
seorang pendatang, Jenang Perkasa cepat menyesuaikan diri. Sikapnya yang sopan
dan gaya bahasanya yang halus membuat kagum setiap orang. Mereka tak habis
pikir bagaimana seorang pemuda biasa memiliki sifat seperti itu. Akibatnya
Jenang Perkasa menjadi bahan pembicaraan di seluruh pulau. Cerita tentang
Jenang Perkasa sampai juga di telinga Batin Lagoi. Ia sangat penasaran untuk
mengenal pemuda itu secara langsung. Agar tak mencolok, Batin Lagoi
menyelenggarakan acara makan malam dengan mengundang seluruh tokoh terkemuka di
Pulau Bintan. Ia juga mengundang
Jenang Perkasa dalam acara itu.
Jenang
Perkasa yang sebenarnya heran mengapa dirinya diundang Batin Lagoi, datang
memenuhi undangan. Sejak kedatangannya, Batin Lagoi senantiasa memperhatikan
gerak gerik Jenang Perkasa. Caranya bersikap, berbicara, bahkan sampai caranya
bersantap diamati Batin Lagoi diam diam. Tak dapat dipungkiri, Batin Lagoi
sangat terkesan terhadap Jenang Perkasa. Terbersit
dihatinya untuk menjodohkan Jenang Perkasa dengan Putri Pandan Berduri. Batin
Lagoi sepertinya lupa akan keinginannya untuk menikahkan putrinya dengan
seorang pangeran atau calon pemimpin.
Tak mau membuang kesempatan, Batin
Lagoi segera menghampiri Jenang Perkasa.
‘‘Wahai anak muda, sudah lama aku mendengar kehalusan budi
pekertimu.’, katanya membuka percakapan.
Jenang Perkasa hanya tersenyum sopan mendengar kata kata
pemimpin Pulau Bintan itu.
“Malam ini aku telah membuktikkannya sendiri’, lanjut
Batin Lagoi sambil menatap Jenang Perkasa yang menunduk malu mendengar pujian
Batin Lagoi. “Aku pikir, alangkah senangnya hatiku jika kau bersedia kunikahkan
dengan putriku.”
Jenang Perkasa sungguh terkejut
mendengar tawaran Batin Lagoi. Ia
mengusap usap lengannya untuk memastikan dirinya tak sedang bermimpi. Ia sama
sekali tak menyangka ayah seorang perempuan cantik bernama Putri Pandan Berduri
meminta kesediaan dirinya untuk dijadikan menantu. Jenang Perkasa tentu saja
tak mau membuang kesempatan emas itu. Ia segera mengangguk setuju sambil
tersenyum memandang Batin Lagoi. Beberapa hari kemudian Batin Lagoi menikahkan Putri Pandan
Berduri dengan Jenang Perkasa. Pesta besar digelar untuk merayakan pernikahan
putri semata wayangnya itu. Seluruh warga Pulau Bintan diundang untuk hadir.
Para undangan merasa senang melihat Putri Pandan Berduri bersanding dengan
Jenang Perkasa yang terlihat sangat serasi.
Putri
Pandan Berduri hidup bahagia dengan Jenang Perkasa. Apalagi tak lama kemudian,
Batin Lagoi yang merasa sudah tua mengangkat menantunya itu untuk menggantikan
dirinya menjadi pemimpin di Pulau Bintan. Jenang Perkasa yang memang anak
seorang pemimpin itu rupanya mewarisi bakat kepemimpinan ayahnya. Ia mampu
menjadi pemimpin yang disegani sekaligus dicintai rakyatnya. Ia juga menolak
untuk kembali ketika warga Pulau Galang yang mendengar cerita tentang dirinya
memintanya untuk menggantikan kakaknya.
Pernikahan
Putri Pandan Berduri dengan Jenang Perkasa dikaruniai tiga orang anak yang
diberi nama dengan adat kesukuan. Batin Mantang menjadi kepala suku di utara
Pulau Bintan, Batin Mapoi menjadi kepala suku di barat Pulau Bintan, dan Kelong
menjadi kepala suku di timur Pulau Bintan. Adapun adat suku asal mereka yaitu
Suku Laut tetap menjadi pedoman bagi mereka. Hingga kini Putri Pandan Berduri
dan Jenang Perkasa yang telah lama tiada masih tetap dikenang oleh Suku Laut di
perairan Pulau Bintan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar