Dahulu kala di sebuah desa hiduplah seorang anak gembala yang setiap
hari kerjanya sibuk mengembalakan domba-domba milik orang tuanya. Setiap
pagi dia harus membawa domba-dombanya itu ke tengah-tengah padang
rumput untuk makan. Sambil menunggu domba-dombanya makan, anak gembala
itu duduk di bawah pohon untuk berteduh karena udara siang yang sangat
panas. Terkadang bocah gembala itu duduk meniup seruling atau hanya
sekedar bermalas-malasan sambil menunggu dombanya selesai makan. Suatu
hari, ketika anak gembala itu sedang duduk di bawah sebuah pohon yang
rindang, tiba-tiba ia merasa bosan dan jenuh. Anak gembala itu berpikir
“Alangkah menyenangkannya jika aku tak perlu lagi menggembalakan
domba-domba ini. Aku dapat bermain sepanjang hari,” katanya dalam hati.
Ketika sedang asyik melamun, tiba-tiba anak gembala itu mendapat ide
untuk mempermainkan orang-orang di desa. Dia pun segera berteriak,
“Tolong! Tolong! Ada serigala! Tolongg!”
Mendengar teriakan itu, bergegaslah seluruh penduduk desa untuk
segera menolong anak gembala itu. Mereka berlari sambil membawa
alat-alat seadanya untuk mengusir kawanan serigala yang akan menyerang
bocah gembala itu. Ketika mereka tiba dan menemui anak gembala itu,
mereka pun merasa bingung karena tidak mendapati serigala disana. Salah
seorang diantara penduduk desa itu lalu bertanya kepada bocah gembala
“Di mana serigala itu?, kami tidak melihatnya.” Anak gembala pun tertawa
keras, “Ha, Ha, Ha! Kalian semua telah tertipu, aku hanya ingin
mempermainkan kalian semua” katanya sambil tertawa-tawa. Seluruh
penduduk desa menjadi marah kepadanya. Merekapun kembali ke desa sambil
bersungut-sungut. Sedangkan anak gembala itu kembali melanjutkan
menggembalakan domba-dombanya sambil tertawa riang.
Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian itu. Anak gembala yang
nakal itu memutuskan untuk mempermainkan kembali penduduk desa setempat.
Dengan penuh semangat dia membawa domba-dombanya ke tengah padang
kemudian dia pergi ke ujung bukit terdekat dengan desa lalu sekali lagi
ia berteriak, “Tolong! Tolong! Ada serigala! Tolongg! Ada Serigala!”
serunya sambil menaha tawa. Mendengar jeritan itu, sekali lagi warga
desa bergegas lari ke atas bukit untuk membantu anak gembala itu. Ketika
mereka tiba di padang, mereka sangat murka melihat anak gembala itu
sedang tertawa sambil berguling-guling di tanah. Sadarlah mereka kalau
mereka telah tertipu untuk kedua kalinya. Mereka pun bergegas untuk
pulang dan bertekad tidak akan kena tipu untuk ketiga kalinya.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali anak gembala itu pergi ke kandang
untuk membawa kembali domba-dombanya tengah padang rumput untuk makan
agar mereka dapat makan. Setelah tiba di padang rumput, anak gembala itu
duduk di bawah pohon yang rindang untuk beristirahat. Karena udara yang
sejuk disertai angin sepoi-sepoi, merasa mengantuklah anak gembala itu,
lalu tertidur.
Di kejauhan, tampaklan sekawanan serigala yang sedang berjalan menuju
ke tengah padang tempat kawanan domba sedang makan dan beristirahat.
Serigala yang lapar itu segera menyerang seekor domba yang sedang makan
rumput. Kejadian ini membuat kawanan domba segera berlari tak menentu
untuk menyelamatkan diri dari terkaman serigala-serigala buas. Karena
suara gaduh domba, terbangunlah anak gembala itu lalu terkejut karena
melihat sekawanan serigala sedang mengejar domba-dombanya yang berlari
ketakutan. Kemudian dia segera menjerit untuk meminta pertolongan
“Tolong! Tolong! Ada serigala! Tolongg! Ada Serigala!” jeritnya. Tetapi
tidak ada seorangpun yang datang untuk menolongnya. Anak gembala itupun
segera berlari menuju desa sambil terus berteriak, “Tolong! Tolong! Ada
serigala! Tolongg! Ada Serigala!” jeritnya sambil terengah-engah.
Penduduk desa yang mendengar teriakan itu tertawa, mereka pikir
pastilah semua hanya akal-akalan anak gembala saja untuk mempermainkan
mereka kembali. Ketika anak gembala itu tiba di desa, dia pun berkata,
“Ada sekawanan serigala telah menyerang domba-dombaku di padang. Dulu
aku memang telah berbohong kepada kalian, tetapi kali ini memang benar
terjadi!” katanya dengan wajah ketakutan.
Melihat keseriusannya, akhirnya para penduduk desa memutuskan untuk
pergi ke padang dan menyelamatkan kawanan domba milik anak gembala tadi.
Sesampainya mereka di padang, mereka melihat sekawanan serigala sedang
berpesta karena berhasil menangkap seekor domba. Segera mereka mengusir
serigala-serigala itu dengan peralatan seadanya yang mereka bawa.
Pesan moral dari cerita ini, berhati-hatilah didalam pergaulan hidup
ini, ada peluang untuk berbuat yang tidak baik untuk mencapai keinginan
kita, salah satunya adalah degan berbohong. Apabila kebohongan seorang
pendusta terungkap, sulit rasanya bagi orang lain mempercayainya lagi.
Sekalipun apa yang dikatakan pendusta itu adalah sebuah kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar