Pada jaman dahulu kala di sebuah dusun yang berada di Bangka Belitung hiduplah seorang nenek tua yang sangat miskin. Nenek tua itu bekerja dengan berladang pada ladang yang merupakan peninggalan orang tuanya. Nenek tua ini hidup sebatang kara dan saat orang orang sibuk bercocok tanam pada musim tanam si nenek yang tubuhnya juga sudah lemah lebih banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat sembari ia kadang kadang menggarap ladangnya, dalam istirahatnya ia berkhayal ingin punya seorang anak.
Ia
berfikir jika memiliki seorang anak maka ia tidak akan selelah ini untuk
menggarap ladangnya sendirian. Saat
siang pun datang ia memilih pulang ke gubuk reotnya untuk benar benar
beristirahat. Saat itu ia duduk duduk didepan
gubuknya sembari matanya menerawang kembali memikirkan khayalannya yang juga
disertai doa agar Tuhan mengabulkan pintanya untuk mempunyai seorang anak
walaupun hanya berbentuk seperti katak.
Tiga
hari kemudian nenek tua tersebut merasa ada yang aneh dalam perutnya ,seperti
ada benda yang bergerak gerak dan ternyata Tuhan mengabulkan doanya karena nenek
tua itu sedang mengandung. Terdengarlah
kabar itu oleh penduduk kampung yang berfikiran bagaimana bisa nenek tua yang
tanpa suami itu bisa mengandung, mereka
berfikir nenek tua itu sudah melakukan hal hal yang dilarang alias tidak
senonoh. Nenek tua itu selalu menjadi bahan
pembicaraan penduduk dengan tuduhan yang tidak tidak.Tapi ia hanya bersabar dan
pada suatu malam terdengar teriakan dari dalam gubuk reot nenek tua yang
ternyata ingin melahirkan. Berdatanganlah
para warga namun belum sempat mereka masuk ke gubuk reot sudah terdengar
tangisan bayi yang merupakan bayi nenek tua renta itu. Sang bayi lahir dalam bentuk tubuh
yang mirip katak lalu menjadi bahan ejekan warga yang mengatakan bahwa nenek
tua itu sudah berhubungan dengan katak hingga bayinya mirip seperti katak. Namun perempuan tua itu menceritakan
kisahnya kepada warga perihal kelahiran putranya hingga akhirnya para warga
kembali kerumahnya masing masing.
Walaupun
putranya lahir dalam keadaan seperti katak tapi perempuan tua itu tetap
bersyukur kepada Tuhan dan berjanji merawat dan menyayangi anaknya sepenuh
hati. Hari hari terus berlalu tanpa terasa
putranya semakin dewasa dan penduduk kampung memanggilnya bujang katak karena
badannya yang mirip katak.Bujang katak dalam kesehariannya sangatlah rajin dan
tidak pernah keluar rumah kecuali membantu ibunya berladang. Ibunya tidak pernah menceritakan
tentang asal usulnya lahir namun suatu hari bujang katak ingin ibunya
menceritakan tentang keadaan negerinya tersebut maka berceritalah ibunya .
Ibunya
mengatakan bahwa negerinya ini dipimpin seorang Raja yang mempunya 7
puteri yang cantik cantik. Mendengar
hal tersebut bujang katak langsung berkhayal andai ia bisa mempersunting salah
satu dari mereka untuk menjadi pendamping hidupnya. Akhirnya bujang katak pun
memberanikan diri mengungkapkan keinginannya pada ibunya.Alangkah terkejutnya
ibu bujang katak saat mendengar keinginanya,karena mustahil baginya untuk
mendapatka puteri raja dengan kedaan tubuhnya yang mirip katak. Tapi karena Bujang katak terus
memohon maka sang ibu pun memberanikan diri untuk datang keistana Raja untuk
menyampaikan niatnya.
Maka
keesokan harinya datanglah sang ibu ke istana raja untuk menyampaikan niatnya. Sesampainya disana karena tak berani
langsung bicara pada Raja tentang keinginanya maka ibunya berpantun
"Te...sekate
menjadi gelang. Pe...Setempe
nek madeh pesen Urang..."
Sang
raja mengerti maksud perempuan tua tersebut lalu memanggil ke 7 puterinya yang
cantik cantik. Namun alangkah sedihnya nasib nenek
tua yang bukannya mendapatkan perlakuan sopan malah diludahi satu persatu oleh
puteri puteri raja itu kecuali si bungsu yang tak tega melihat perlakuan kakak
kakak nya. Melihat kejadian itu nenek tua pun pulang dan menceritakan hal itu
pada puteranya bujang katak. Bujang
katak saat mendengar hal tersebut merasa sedih dan iba pada ibunya tapi ia
tetap punya harapan dalam hati karena ia yakin puteri bungsu mau menerima
lamarannya karena puteri bungsu tidak melakukan hal hal yang dilakukan oleh
puteri puteri yang lainnya. Maka
datanglah bujang katak berserta ibunya kembali ke istana Raja.
Keesokan
hari saat bujang katak dan ibunya kembali ke istana raja maka tertawalah raja
dan para pengawalnya sembari mengejek bujang katak yang badannya mirip katak. Sembari kembali memanggilkan puteri
puterinya dan hal yang sama dilakukan oleh puteri puteri raja yaitu meludahi
bujang katak kecuali sang bungsu. Dalam
hati sang bungsu ingin menerima pinangan bujang katak namun ia takut
mengungkapkan itu pada ayahandanya. Sang
Rajapun heran kenapa puteri bungsunya tidak meludahi bujang katak lalu mengerti
apa maksud puterinya . Sang
Raja akhirnya memberikan kesempatan pada bujang katak namun dengan mengajukan
persyaratan yang tidak masuk akal dan sangat berat agar puterinya tidak bisa
dipinang bujang katak yaitu dengan membuat jembatan emas dari gubuknya ke
istana Raja dalam waktu tujuh hari tujuh malam. Setelah
mendengar hal itu bujang katak pun menyetujuinya.
Pulanglah bujang katak dan ibunya kembali ke gubuk. Ibunya bertanya pada puteranya
bagaimana ia bisa mewujudkan syarat yang tak mungkin itu namun bujang katak
berusaha meyakinkan bahwa jika Tuhan berkehendak maka tak ada yang tak
mungkin. Pergilah bujang katak kesuatu tempat
yang sepi untuk bertapa. Selama 6 hari 6 malam sudah ia lewati namun
belum juga ada keajaiban. Di hari
ketujuh keajaiban yang dinantikan itu datang, tubuhnya
yang seperti katak tiba tiba menguning bersinar keemasan dan mengelupas. Bujang katak berubah menjadi pemuda
yang tampan dan gagah. Lalu
kulitnya yang mengelupas itu pun berubah menjadi emas dan saat ia kumpulkan
berubah menjadi batangan batangan emas. Sungguh
keajaiban yang luar bisa dan bujang katak sangat bersyukur pada Yang Maha
Kuasa.
Lalu
malam itu juga ia mangajak ibunya itu menyusun batangan emas itu menjadi
jembatan dari gubuknya hingga istana Raja. Saat
pagi tiba sang Raja pun terkagum melihat jembatan yang dibuat bujang katak lalu
memanggil bujang katak dan ibunya kembali ke istana. Ibu bujang katak beserta bujang
katak kembali ke istana namun alangkah kagetnya Sang Raja melihat pemuda yang
begitu tampan disebelah perempuan tua yang tak lain adalah ibu bujang
katak.Sang raja lalu bertanya siapakah pemuda tampan itu dan pemuda itupun
menjawab bahwa ia adalah bujang katak. Dipanggillah
puteri bungsu raja dan puteri puteri lainya. Alangkah
bahagianya putrei bungsu karena bujang katak adalah pilihan tepat untuknya dan
langsung meminangnya. Kakak
Kakak puteri bungsupun menyesal karena telah menolak dan meludahi bujang katak. Akhirnya pernikahan pun
dilangsungkan dengan mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam. Kakak Kakak puteri bungsupun
akhirnya menyuruh para pengawal untuk menangkap katak katak yang ada disawah
karena mereka berfikir bahwa bujang katak berasal dari katak katak biasa di
sawah.
Mereka
masing masing menyimpan satu katak dalam lemari berharap 7 hari kemudian
berubah menjadi pria tampan. Namun
alangkah terkejutnya mereka ketika membuka lemari bau busuk langsung menyebar
seistana karena katak katak itu mati dan berulat. Keenam
puteri tersebut berlari keluar kamar sambil muntah muntah karena bau busuk
tersebut. Sang Raja yang mengetahui perbuatan
ke enam puterinya akhirnya memberi hukuman untuk membersihkan kamar mereka
masing masing. Sang Puteri bungsu hanya tersenyum
melihat kelakuan kakak kakaknya .
Waktu
berlalu dan Sang Raja merasa semakin tua dan akhirnya menyerahkan
Tahtanya kepada bujang Katak. Mereka
hidup bahagia dalam istana. Bujang
katak Ibunya Puteri bungsu dan keluarga Raja lainnya. Bujang katak menjadi Raja yang
bijaksana dalam memimpin rakyatnya.