Dahulu kala, adalah sekelompok bebek yang tinggal di tepi sungai.
Mereka terdiri terdiri dari Pak Bebek, Ibu Bebek, dan telur-telur bebek
yang sedang dierami oleh Ibu Bebek. Suatu hari telur-telur itu menetas
satu persatu. Pak Bebek senang bukan main, Ibu Bebek pun demikian.
Sambil memperhatikan telur-telur yang menetas satu persatu, ia pun
tersenyum dan memeluk satu persatu anak bebek yang sudah lahir itu. Namun pada telur yang terakhir menetas, yang keluar bentuknya sangat
berbeda dengan saudara-saudaranya. Bila Ibu dan Pak Bebek berwarna
kuning keemasan dan berparuh oranye serta berbunyi “Kweek..kweek..” maka
anak bebek yang terakhir ini berbulu kehitaman dan berparuh kecoklatan,
wajahnya tidak secantik saudara-saudaranya, dan suaranya pun berbeda,
“Ooork..ooork…”
Pak dan Ibu bebek pun bertengkar hebat. Pak bebek merasa anak itu adalah
hasil perselingkuhan Ibu bebek dengan mahluk lain, sedangkan Ibu bebek
tidak terima dituduh seperti itu. Pak bebek pun pergi meninggalkan Ibu
bebek. Sementara itu si bebek kecil yang buruk rupa tadi pun diejek oleh
saudara-saudaranya yang lain.
Namun demikian, si bebek kecil yang buruk
rupa itu tetap mengikuti kemanapun induknya pergi, walaupun induknya
tidak pernah sekalipun memperhatikannya. Semakin besar, semakin
berbedalah dia dengan saudara-saudaranya yang lain, dan hal ini sangat
memalukan bagi Ibu bebek. Apalagi si bebek buruk rupa ini ternyata tidak
bisa berenag sebaik saudara-saudaranya yang lain. Pada suatu hari, saat
sedang berenang bersama Ibu dan saudara-saudaranya, sang bebek buruk
rupa ini tertinggal jauh di belakang.. Ia kemudian memanggil-manggil
ibunya dengan suaranya yang jelek itu, namun tidak ada sahutan..
Akhirnya ia pun berenang menyusuri sungai untuk mencari keluarganya kembali, berhari-hari ia lalui tanpa menyerah, hujan angin ia terpa tanpa kenal lelah, hingga akhirnya ia benar-benar putus asa dan menangis sedih di sudut sungai… Tangisannya begitu meyayat hati, ia masih begitu kecil, belum mengerti mengapa ibunya meninggalkannya dan tidak pernah sayang padanya, padahal ia anaknya.. mengapa langit begitu kejam padanya… mengapa… tangisnya..
Tak lama, datanglah dua ekor bebek yang ajaibnya, sama buruknya dengan
bebek buruk rupa itu, bahkan suaranya pun juga sama! Mereka mendatangi
bebek kecil yang sedang menangis itu dan menghiburnya. Tak lama,
datanglah induk mereka yang mencari kedua anaknya yang tiba-tiba
menghilang, dan terlihatlah oleh bebek buruk rupa itu seekor angsa yang
sangat cantik.. lehernya panjang… dan wajahnya menyiratkan kasih dan
sayang…Akhirnya ia pun berenang menyusuri sungai untuk mencari keluarganya kembali, berhari-hari ia lalui tanpa menyerah, hujan angin ia terpa tanpa kenal lelah, hingga akhirnya ia benar-benar putus asa dan menangis sedih di sudut sungai… Tangisannya begitu meyayat hati, ia masih begitu kecil, belum mengerti mengapa ibunya meninggalkannya dan tidak pernah sayang padanya, padahal ia anaknya.. mengapa langit begitu kejam padanya… mengapa… tangisnya..
Begitu melihat bebek buruk rupa itu, ia pun bertanya padanya:
“Wahai mahluk kecil,mengapa engkau menangis?”
“Saya kehilangan induk saya…” jawab si bebek sambil menangis.. “Induk saya tidak mau saya lagi..karena saya berbeda dengan saudara-saudara saya.. mereka cantik-cantik dan pandai berenang seperti saudara-saudara saya yang lain.. waktu baru lahir, saya sudah dibenci oleh ibu saya, karena saya tidak seperti mereka…dia tidak pernah menyayangi saya… katanya saya bukanlah anaknya…karena bulu saya tidak kuning keemasan seperti mereka… paruh saya tidak sama warnanya dengan mereka.. dan suara saya sangat jelek…Ibu selalu berkata bahwa saya adalah bebek yang salah lahir..”
“Wahai mahluk kecil, jangan menangis… memang benar kata Ibu kamu, kamu berbeda dengan saudara-saudaramu yang lain.. mereka memiliki apa yang tidak kamu miliki…dan sebaliknya kamu juga memiliki apa yang tidak mereka miliki…
Nah, sekarang lihatlah air yang mengalir di bawahmu, pandanglah wajahmu… lihatlah persamaan antara dirimu dan anak-anakku…”
Sang itik pun melihat pantulan dirinya sendiri di air dan mendapati bahwa dirinya ternyata sama dengan kedua anak itik tersebut…
“Ya… kamu bukanlah anak bebek… kamu adalah anak itik… memang saat ini rupamu buruk, tetapi aku yakin kelak kamu akan menjadi secantik aku… kemarilah nak, anggaplah aku ini Ibumu…”
Sang itik kecil itupun mendekati induk Angsa yang cantik dan merasakan kehangatan dibawah pelukan sayapnya yang penuh dengan kasih… ia pun tak lagi bersedih…
Kemudian sang itik kecil pun ikut bersama dengan induk angsa kemanapun mereka berenang, sekarang sebagai itik yang bangga, karena ia mempunyai keluarga yang menyayanginya… dan pada suatu kesempatan, ia berpapasan dengan keluarga bebek yang pernah membencinya, ia pun berasa bangga saat melewati mereka… dan anak-anak bebek itupun hanya terbengong-bengong saja melihatnya…
dikutip dr : http://www.indocina.net/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar