Sabtu, 30 Mei 2015

Rapunzel (Brothers Grimm)




     Pada jaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami-istri yang sangat menginginkan kehadiran seorang anak, tetapi belum mendapatkan anak seorangpun. Di belakang rumah mereka ada sebuah jendela kecil yang mengarah ke sebuah taman indah yang di tutupi dengan tembok besar dan tak seorangpun berani masuk ke dalam taman tersebut karena taman tersebut adalah milik seorang penyihir yang sangat ditakuti. Suatu hari saat sang istri berdiri di jendelanya dan melihat ke taman, dia melihat sebuah hamparan kebun yang penuh dengan bunga rampion yang terlihat begitu segar dan hijau sehingga ia sangat menginginkannya. Setelah beberapa hari, karena kecewa dan tahu bahwa ia tidak akan mendapatkan rampion tersebut, ia menjadi sakit dan pucat. 

Suaminya menjadi cemas dan bertanya, “Ada apa istriku?”.

“Ah, andai saja saya bisa mendapatkan rampion dari taman di sebelah rumah.” Kata sang istri sembari menghela nafas.

Si suami yang begitu mencintai istrinya itupun berpikir, “ Apapun yang terjadi, saya harus membawakan rampion untuk istriku.”

     Maka saat hari menjelang malam, Si suami pun memanjat dinding taman, cepat-cepat mengambil rampion dan membawanya ke istrinya. Istrinya kemudian membuat salad dan memakannya dengan rasa senang. Istrinya sangat menyukai rampion itu sehingga ia meminta suaminya untuk membawakan dia rampion tiga kali lebih banyak dari sebelumnya. Suaminya sekali lagi harus masuk ke kebun. Dalam kegelapan malam, ia memanjat dinding, dan saat itulah sang Suami dihinggapi rasa takut karena ia melihat si Penyihir telah berdiri di depannya.

"Kamu sungguh beranimasuk ke kebun saya dan mencuri rampion saya?Kamu akan menderita karena itu!" kata penyihir

"Ampunilah saya.Saya hanya melakukannya karena terpaksa.Istri saya melihat rampion Anda dari jendela, dan memiliki keinginan untuk memakannya." Kata Si suami

Kemudian si Penyihir yang menjadi sedikit reda amarahnya, berkata kepadanya, "Jika benar seperti yang kamu katakan, saya akan memperbolehkan kamu untuk mengambil rampion sebanyak yang kamu mau, dengan satu syarat, kamu harus memberikan saya anak yang dilahirkan oleh istrimu nanti.Saya akan memperlakukan anak itu dengan baik, dan saya akan berlaku bagaikan seorang ibu untuk anak itu".

      Pria malang yang ketakutan ini, menyetujui segala persyaratan si Penyihir, dan ketika bayinya lahir, si Penyihir muncul, memberi nama Rapunzel pada bayi itu, lalu membawanya pergi. Rapunzel tumbuh menjadi anak yang sangat cantik.Ketika dia berusia dewasa, si Penyihir mengurungnya di sebuah menara yang terletak di hutan, dan tidak memiliki tangga ataupun pintu, kecuali sebuah jendela kecil. Ketika si Penyihir akan naik ke menara, dia akan berdiri di bawah dan berkata:

"Rapunzel,Rapunzel,Ulurkanlah rambutmu ke bawah untuk saya."

     Rapunzel yang memiliki rambut yang sangat panjang dan indah seperti benang emas, ketika mendengar suara penyihir, dia akan melepaskan ikatan rambutnya, menggulungnya pada sebuah kaitan di jendela, kemudian membiarkan rambutnya terulur turun ke bawah, dengan begitu si Penyihir bisa naik ke atas menara. Setelah satu-dua tahun tinggal di menara, seorang pangeran, berkuda menyusuri hutan dan tiba di dekat  menara. Saat itu sang Pangeran mendengarkan sebuah lagu yang begitu merdu sehingga dia hanya bisa berdiri terdiam dan mendengarkan lagu tersebut. Lagu itu dinyanyikan oleh Rapunzel yang dalam kesendiriannya melewatkan waktunya dengan menyanyikan lagu merdu.Pangeran menjadi sangat ingin untuk naik ke atas menara, dan dia pun mencari pintu menara, tetapi tidak ada satupun pintu yang dapat ditemukan olehnya. Dia lalu berkendara untuk pulang ke rumah, tetapi nyanyian Rapunzel sangat menyentuh hatinya, karena itu, setiap hari ia pergi ke hutan dan mendengarkannya. Suatu waktu, ia berdiri di belakang sebuah pohon, ia melihat si Penyihir yang datang ke sana, dan dia pun mendengarkan penyihir tersebut berkata,
 
"Rapunzel,Rapunzel,Ulurkanlah rambutmu ke bawah untuk saya."

Kemudian Rapunzel mengulurkan rambutnya turun, dan si Penyihir pun naik keatas.

"Jika itu adalah cara untuk naik ke atas, saya akan mencobanya nanti," katanya dalam hati, dan pada hari berikutnya, ketika hari mulai gelap, ia pergi ke menara dan berkata:

"Rapunzel,Rapunzel,Ulurkanlah rambutmu ke bawah untuk saya."


     Segera setelah Razunzel mengulurkan rambutnya, sang Pangeran pun naik. Pada awalnya Rapunzel sangat ketakutan ketika dia melihat seorang pria yang tidak pernah dilihatnya, tetapi  pangeran berbicara dengannya dengan halus layaknya seorang teman, dan mengatakan bahwa hatinya tidak tenang apabila dia tidak melihat Rapunzel setelah mendengarkan Rapunzel menyanyi. Kemudian Rapunzel pun kehilangan rasa takutnya, dan ketika sang Pangeran bertanya apakah dia bersedia untuk menjadi istrinya, Rapunzel melihat bahwa sang Pangeran yang muda dan tampan, dia pun berpikir,"Pangeran ini akan menjadi suami saya dan akan mencintai saya melebihi cinta ibu angkat saya," Rapunzel pun mengiyakan sang Pangeran, dan berkata,

 
"Aku rela untuk pergi bersama Anda, tapi saya tidak tahu bagaimana caranya untuk turun. Bawakanlah saya sebuah gulungan sutra setiap kali Anda datang, dan aku akan menenun sebuah tali dengan sutra tersebut, dan ketika tali tersebut siap, saya akan turun, dan Anda bisa membawa saya ke istana Anda."

Mereka berdua sepakat bahwa sang Pangeran akan datang kepadanya setiap malam, karena si Penyihir tua selalu datang di siang hari. Si Penyihir tidak pernah mengetahui apa pun tentang hal ini, sampai suatu saat, Rapunzel berkata kepadanya,"Katakan kepadaku, bunda, mengapa saat saya menarik Anda naik, Anda jauh lebih berat dibandingkan sang Pangeran?" 

     Dalam sekejap si Penyihir menjadi marah dan berkata "Ah!saya pikir saya telah memisahkan kamu dengan dunia luar, namun kamu telah mengelabui saya!" Dalam kemarahannya dia mencengkeram rambut Rapunzel yang panjang, melilitkannya pada tangan kirinya, mengambil sebuah gunting, dan snip, snip, memotong rambut tersebut sehingga rambut indah itu tergeletak di lantai.

Dan dia pun dengan kejam membawa Rapunzel yang malang ke sebuah gurun, di mana ia harus hidup dalam kesedihan dan kesengsaraan .


Pada hari yang sama, setelah mengusir Rapunzel, pada malam hari, si penyihir mengikat rambut yang ia potong tadinya pada kaitan jendela, dan ketika sang Pangeran berkata:,

"Rapunzel, Rapunzel,Ulurkanlah rambutmu ke bawah untuk saya."

     

     Si Penyihir membiarkan rambut tersebut terulur turun. Saat sang Pangeran naik, ia tidak menemukan Rapunzel yang dicintainya di atas, yang dilihatnya hanyalah si Penyihir yang menatapnya dengan tatapan jahat.

"Aha !" si Penyihir pun mengejek ."Kau akan membawa pergi wanita yang sangat engkau cintai, tetapi sayang burung yang indah itu tidak lagi ada dan bernyanyi di sarangnya. Seekor kucing telah membawanya pergi, dan kucing ini juga akan mencakar matamu, sehingga kamu tidak akan melihat Rapunzel lagi selama-lamanya." 


    Sang Pangeran merasa terluka dan putus asa, ia pun melompat turun dari menara untuk meloloskan diri dari si Penyihir, tetapi duri di mana ia jatuh menusuk matanya dan ia pun menjadi buta seperti yang telah dikutukkan oleh si Penyihir. Ia pun berjalan dengan mata yang telah buta, tak tentu arah di dalam hutan, tidak makan apa-apa kecuali akar dan buah, dan tidak melakukan apapun kecuali meratap dan menangisi kehilangan istrinya yang tercinta. Sang Pangeran berjalan tanpa arah dalam keadaan menderita selama beberapa tahun, dan pada suatu saat, tibalah ia di sebuah padang pasir di mana Rapunzel berada. 

Saat itu, sang Pangeran mendengar suara nyanyian yang sangat akrab didengarnya, dan ia pun berjalan menuju ke arah itu. Ketika sang Pangeran mendekat, Rapunzel yang melihatnya, langsung mengenalinya, memeluknya lalu menangis. Dua bulir air matanya turun membasahi mata sang Pangeran yang buta, dan seketika itu juga, sang Pangeran bisa melihat dengan jelas seperti sedia kala.



Sang Pangeran pun membawa Rapunzel ke kerajaannya, di mana mereka tinggal dan hidup berbahagia selama-lamanya.

Penjahit yang Cerdik (Brothers Grimm)






     Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang putri yang sangat angkuh. Jika ada pria yang datang untuk melamarnya, dia akan memberinya beberapa teka-teki untuk ditebak. Jika mereka gagal menebaknya, mereka akan dicemoohkan dan menerima ejekan dari sang Putri. Sang Putri bahkan mengumumkan ke hadapan publik bahwa semua pria yang belum menikah, dipersilakan untuk menguji keahlian mereka dalam menebak teka-tekinya, dan siapa pun yang bisa memecahkan teka-tekinya akan menjadi suaminya.

     Pengumuman yang dikatakan putripunterdengar pula oleh tiga orang penjahit, dua orang penjahit yang lebih tua berpikir bahwa setelah berhasil membuat begitu banyak jahitan halus, kuat, dan tidak pernah ada yang salah pada jahitannya, mereka yakin akan dapat melakukan hal lain secara benar juga. Penjahit yang ketiga adalah pemuda pemalas yang bahkan tidak tahu bagaimana menjahit dengan benar, tetapi berpikir bahwa keberuntungan akan selalu berada di pihaknya.

Kedua penjahit yang lebih tua berkata kepadanya, "Tinggallah saja di rumah, karena kamu tidak akan mendapat banyak dari otakmu."

     Akan tetapi, penjahit termuda itu tidak menjadi gentar, dan mengatakan dia telah mantap dengan pendiriannya, dan bermaksud untuk memperbaiki nasibnya sendiri dengan cara menikahi sang Putri tersebut. Ketiga penjahit ini kemudian berangkat menuju ke istana, di mana mereka memperkenalkan diri mereka di hadapan sang Putri, dan memohon untuk diperkenankan menebak teka-teki, karena mereka adalah orang-orang yang pandai dan berotak encer.
 
Maka berkatalah sang Putri, "Saya memiliki dua macam rambut di kepala. Warna apa sajakah rambut saya itu?"

"Jika hanya itu teka-tekinya," kata penjahit pertama, "jawabannya pastilah berwarna hitam dan putih, seperti warna lada dan garam."
"Salah," seru sang Putri.

"Kalau begitu,jika bukan berwarna hitam dan putih, tidak diragukan lagi rambut Anda berwarna merah dan coklat, seperti warna mantel ayah saya."kata penjahit kedua

"Salah lagi," kata Putri, "sekarang mari kita dengarkan apa jawaban penjahit yang ketiga. Saya pikir, dia mengetahui jawabannya."

Kemudian penjahit muda itu melangkah ke depan dengan berani dan berkata, "Tuan Putri memiliki rambut berwarna perak dan rambut emas di kepala, dan rambut tersebut merupakan dua warna yang berbeda."

     Ketika sang Putri mendengar jawaban tersebut, dia menjadi pucat dan hampir pingsan karena merasa kaget. Penjahit kecil itu berhasil menebak dengan benar sedangkan sang Putri sangat yakin bahwa tidak seorang pun akan bisa menebaknya.

Ketika dia telah pulih dari rasa terkejutnya, dia berkata, "Jangan kira kamu telah memenangkan sayembara ini, masih ada hal yang lain yang harus kamu lakukan terlebih dulu. Di kandang kuda istana, ada seekor beruang dan kamu harus bermalam di kandang itu bersama beruang.Jika ketika saya bangun di pagi hari dan menemukan bahwa kamu masih hidup, kamu boleh menikah dengan saya."

     Dia sangat berharap untuk dapat melepaskan diri dari tanggung-jawabnya untuk menikahi penjahit muda dengan cara ini, karena sang Beruang tidak pernah membiarkan orang keluar dari kandang kuda itu dalam keadaan hidup.

Penjahit muda ini, bagaimanapun juga tidak menunjukkan sedikit pun rasa takut, dan dia berkata dengan riang di dalam hati, "Hmm, saya telah memenangkan setengah dari sayamebara dengan ketenangan saya."

     Ketika malam tiba, dia dibawa ke kandang kuda. Sang Beruang berusaha mencoba untuk meraihnya sekaligus  memberinya sambutan hangat dengan cakarnya yang besar.


"Tenang, tenang," kata penjahit muda."Saya akan mengajarkan kamu untuk bisa menjadi tenang," seru si Penjahit Muda itu dengan tenang, menarik segenggam kenari dari sakunya dan mulai memecahkan kulitnya serta memakan isinya seolah-olah dia tidak peduli dengan keadaan sekitar.

     Ketika sang Beruang melihat hal ini, dia juga ingin memakan kacang kenari. Si Penjahit Muda lalu memasukkan tangannya ke dalam sakunya dan memberikannya segenggam, tetapi yang diberikan adalah kerikil, bukan kacang.Beruang itu memasukkan kerikil tersebut ke dalam mulutnya, dan setelah berusaha keras dia tidak dapat memecahkannya.

"Astaga," pikir sang Beruang, "saya pasti bodoh sekali, bahkan kacang tidak bisa saya pecahkan kulitnya."

Lalu dia berkata kepada sang Penjahit Muda, "Bisakah kamu memecahkan kacang ini untuk saya?"

"Kamu sebenarnya baik," kata si Penjahit muda, "tetapi sayang, kamu memiliki rahang yang kuat tetapi tidak bisa memecahkan kenari!"

     Lalu dia mengambil kerikil dari beruang, menukarnya dengan kacang, dan memecahkan serta membuka kulitnya dalam sekejap.

"Biar saya mencobanya lagi," kata sang Beruang itu. "Ketika saya melihat kamu dengan mudah memecahkannya, saya yakin saya dapat melakukannya sendiri."

     Si Penjahit Muda memberikan beberapa kerikil kembali, dan si Beruang berusaha untuk menggigitnya dengan keras, tetapi sudah pasti beruang itu tidak mampu untuk memecahkannya.

Kemudian si Penjahit Muda mengambil biola kecilnya dan mulai bermain. Ketika sang Beruang mendengar suara musik, dia langsung menari dan berkata, "Apakah bermain musik itu sulit?"

"Gampang sekali," jawab si Penjahit Muda, "lihat di sini!Tekan senar dengan jari-jari tangan kiri, dan dengan tangan kanan, kamu menarik busur biola di antara senar-senarnya, atas dan ke bawah, tra la la la la."

"Oh," teriak sang beruang, "Saya berharap bisa bermain musik seperti itu, sehingga saya bisa menari setiap kali saya inginkan. Bagaimana menurut kamu?Apakah kamu bisa memberi saya beberapa pelajaran musik?"

"Dengan senang hati saya akan mengajarkan kamu," kata si Penjahit Muda."Nah, coba saya lihat telapakmu.Astaga, kukumu terlalu panjang, pertama kali, saya harus memotongnya."
Lalu dia mengambil sepasang pasungan kayu, dan sang Beruang meletakkan cakarnya pada pasungan itu. Penjahit Muda lalu menguncinya dengan kuat.

 "Sekarang tunggu, saya akan mengambil gunting saya," katanya sambil meninggalkan sang Beruang yang meraung-raung, sementara si Penjahit Muda berbaring di sudut dan tertidur lelap.

     Ketika sang Putri mendengar raungan sang Beruang yang begitu keras malam itu, dia memastikan bahwa dia tidak perlu lagi khawatir untuk melaksanakan janjinya untuk menikahi si Penjahit Muda. Keesokan paginya, sang Putri bangun dengan perasaan ceria, tetapi ketika dia mengunjungi kandang kuda, dilihatnya sang Penjahit Muda yang berdiri di depan pintu dalam keadaan segar bugar seperti ikan yang bergerak lincah di dalam air.
Setelah kejadian ini, sang Putri tidak bisa lagi mengelak dari janjinya. Karena itu Raja memerintahkan agar si Penjahit Muda itu dibawa ke aula istana untuk dinikahkan dengan putrinya.

     Saat si Penjahit Muda dan sang Putri akan berangkat ke aula istana dengan mengendarai kereta, dua orang penjahit yang tadinya bersama-sama dengan si Penjahit Muda, menjadi iri hati dengan keberhasilan temannya tersebut. Mereka pun masuk ke dalam kandang kuda dan melepaskan sang Beruang dari pasungan. Saat sang Beruang terbebas, dia meraung keras dan mengejar kereta yang membawa sang Penjahit Muda dan sang Putri. Sang Putri yang mendengar dan melihat beruang ini mengejar kereta mereka, menjadi ketakutan.

"Beruang itu mengejar kita dan tidak lama lagi akan menangkap kita!" kata sang putri.
 
Sang Penjahit Muda tetap tenang, lalu dia berdiri di kereta sambil memandang ke arah sang Beruang dan berteriak, "Maukah kamu saya pasung sekali lagi? Jika kamu tidak pergi sekarang, saya akan memasung kamu kembali."

     Ketika sang Beruang mendengarnya, dia lalu membalikkan badan dan berlari pulang sekencang mungkin. Sang Penjahit Muda melanjutkan perjalanannya ke aula istana dan menikah dengan sang Putri di sana. Akhirnya mereka berdua hidup bahagia selama-lamanya.

Pemuda dan Seekor Burung Layang-Layang (Aesop)





     
     Ada seorang pemuda yang sangat terkenal diantara teman-temannya karena ia memiliki banyak uang. Pemuda itu sangat boros dan royal, sehingga dengan cepat ia menghabiskan kekayaannya. Hingga suatu hari, sang Pemuda ini sudah tidak memiliki uang lagi dan harta yang ada padanya, hanyalah pakaian yang dipakainya.

     Sang Pemuda itu berjalan dengan maksud menemui temannya di pagi itu, dan sembari berjalan, sang Pemuda ini berpikir bagaimana caranya agar dia bisa mendapatkan uang untuk berfoya-foya lagi. Tepat pada saat itu, seekor burung layang-layang terbang melintas dan berkicau riang, dan sang Pemuda berpikir bahwa musim panas telah tiba, oleh karena itu, dia lalu menjual jubah dan celana panjangnya kepada teman yang ditemuinya.
Beberapa hari kemudian, cuaca berubah menjadi sangat dingin; sedangkan sang Pemuda yang hanya memakai baju tipis dan celana pendek, terpaksa gemetar menahan rasa dingin.