Senin, 27 Oktober 2014

Bujang Katak (Kepulauan Bangka Belitung)






Pada jaman dahulu kala di sebuah dusun yang berada di Bangka Belitung hiduplah seorang nenek tua yang sangat miskin. Nenek tua itu bekerja dengan berladang pada ladang yang merupakan peninggalan orang tuanya. Nenek tua ini hidup sebatang kara dan saat orang orang sibuk bercocok tanam pada musim tanam si nenek yang tubuhnya juga sudah lemah lebih banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat sembari ia kadang kadang menggarap ladangnya, dalam istirahatnya ia berkhayal ingin punya seorang anak.

Ia berfikir jika memiliki seorang anak maka ia tidak akan selelah ini untuk menggarap ladangnya sendirian. Saat siang pun datang ia memilih pulang ke gubuk reotnya untuk benar benar beristirahat. Saat itu ia duduk duduk didepan gubuknya sembari matanya menerawang kembali memikirkan khayalannya yang juga disertai doa agar Tuhan mengabulkan pintanya untuk mempunyai seorang anak walaupun hanya berbentuk seperti katak.

Tiga hari kemudian nenek tua tersebut merasa ada yang aneh dalam perutnya ,seperti ada benda yang bergerak gerak dan ternyata Tuhan mengabulkan doanya karena nenek tua itu sedang mengandung. Terdengarlah kabar itu oleh penduduk kampung yang berfikiran bagaimana bisa nenek tua yang tanpa suami itu bisa mengandung, mereka berfikir nenek tua itu sudah melakukan hal hal yang dilarang alias tidak senonoh. Nenek tua itu selalu menjadi bahan pembicaraan penduduk dengan tuduhan yang tidak tidak.Tapi ia hanya bersabar dan pada suatu malam terdengar teriakan dari dalam gubuk reot nenek tua yang ternyata ingin melahirkan. Berdatanganlah para warga namun belum sempat mereka masuk ke gubuk reot sudah terdengar tangisan bayi yang merupakan bayi nenek tua renta itu. Sang bayi lahir dalam bentuk tubuh yang mirip katak lalu menjadi bahan ejekan warga yang mengatakan bahwa nenek tua itu sudah berhubungan dengan katak hingga bayinya mirip seperti katak. Namun perempuan tua itu menceritakan kisahnya kepada warga perihal kelahiran putranya hingga akhirnya para warga kembali kerumahnya masing masing.

 Walaupun putranya lahir dalam keadaan seperti katak tapi perempuan tua itu tetap bersyukur kepada Tuhan dan berjanji merawat dan menyayangi anaknya sepenuh hati. Hari hari terus berlalu tanpa terasa putranya semakin dewasa dan penduduk kampung memanggilnya bujang katak karena badannya yang mirip katak.Bujang katak dalam kesehariannya sangatlah rajin dan tidak pernah keluar rumah kecuali membantu ibunya berladang. Ibunya tidak pernah menceritakan tentang asal usulnya lahir namun suatu hari bujang katak ingin ibunya menceritakan tentang keadaan negerinya tersebut maka berceritalah ibunya .

Ibunya mengatakan  bahwa negerinya ini dipimpin seorang Raja yang mempunya 7 puteri yang cantik cantik. Mendengar hal tersebut bujang katak langsung berkhayal andai ia bisa mempersunting salah satu dari mereka untuk menjadi pendamping hidupnya. Akhirnya bujang katak pun memberanikan diri mengungkapkan keinginannya pada ibunya.Alangkah terkejutnya ibu bujang katak saat mendengar keinginanya,karena mustahil baginya untuk mendapatka puteri raja dengan kedaan tubuhnya  yang mirip katak. Tapi karena Bujang katak terus memohon maka sang ibu pun memberanikan diri untuk datang keistana Raja untuk menyampaikan niatnya.

Maka keesokan harinya datanglah sang ibu ke istana raja untuk menyampaikan niatnya. Sesampainya disana karena tak berani langsung bicara pada Raja tentang keinginanya maka ibunya berpantun

"Te...sekate menjadi gelang. Pe...Setempe nek madeh pesen Urang..."

Sang raja mengerti maksud perempuan tua tersebut lalu memanggil ke 7 puterinya yang cantik cantik. Namun alangkah sedihnya nasib nenek tua yang bukannya mendapatkan perlakuan sopan malah diludahi satu persatu oleh puteri puteri raja itu kecuali si bungsu yang tak tega melihat perlakuan kakak kakak nya. Melihat kejadian itu nenek tua pun pulang dan menceritakan hal itu pada puteranya bujang katak. Bujang katak saat mendengar hal tersebut merasa sedih dan iba pada ibunya tapi ia tetap punya harapan dalam hati karena ia yakin puteri bungsu mau menerima lamarannya karena puteri bungsu tidak melakukan hal hal yang dilakukan oleh puteri puteri yang lainnya. Maka datanglah bujang katak berserta ibunya kembali ke istana Raja.
   
Keesokan hari saat bujang katak dan ibunya kembali ke istana raja maka tertawalah raja dan para pengawalnya sembari mengejek bujang katak yang badannya mirip katak. Sembari kembali memanggilkan puteri puterinya dan hal yang sama dilakukan oleh puteri puteri raja yaitu meludahi bujang katak kecuali sang bungsu. Dalam hati sang bungsu ingin menerima pinangan bujang katak namun ia takut mengungkapkan itu pada ayahandanya. Sang Rajapun heran kenapa puteri bungsunya tidak meludahi bujang katak lalu mengerti apa maksud puterinya . Sang Raja akhirnya memberikan kesempatan pada bujang katak namun dengan mengajukan persyaratan yang tidak masuk akal dan sangat berat agar puterinya tidak bisa dipinang bujang katak yaitu dengan membuat jembatan emas dari gubuknya ke istana Raja dalam waktu tujuh hari tujuh malam. Setelah mendengar hal itu bujang katak pun menyetujuinya.

         Pulanglah bujang katak dan ibunya kembali ke gubuk. Ibunya bertanya pada puteranya bagaimana ia bisa mewujudkan syarat yang tak mungkin itu namun bujang katak berusaha meyakinkan bahwa  jika Tuhan berkehendak maka tak ada yang tak mungkin. Pergilah bujang katak kesuatu tempat yang sepi untuk bertapa.  Selama 6 hari 6 malam sudah ia lewati namun belum juga ada keajaiban. Di hari ketujuh keajaiban yang dinantikan itu datang, tubuhnya yang seperti katak tiba tiba menguning bersinar keemasan dan mengelupas. Bujang katak berubah menjadi pemuda yang tampan dan gagah. Lalu kulitnya yang mengelupas itu pun berubah menjadi emas dan saat ia kumpulkan berubah menjadi batangan batangan emas. Sungguh keajaiban yang luar bisa dan bujang katak sangat bersyukur pada Yang Maha Kuasa.

Lalu malam itu juga ia mangajak ibunya itu menyusun batangan emas itu menjadi jembatan dari gubuknya hingga istana Raja. Saat pagi tiba sang Raja pun terkagum melihat jembatan yang dibuat bujang katak lalu memanggil bujang katak dan ibunya kembali ke istana. Ibu bujang katak beserta bujang katak kembali ke istana namun alangkah kagetnya Sang Raja melihat pemuda yang begitu tampan disebelah perempuan tua yang tak lain adalah ibu bujang katak.Sang raja lalu bertanya siapakah pemuda tampan itu dan pemuda itupun menjawab bahwa ia adalah bujang katak. Dipanggillah puteri bungsu raja dan puteri puteri lainya. Alangkah bahagianya putrei bungsu karena bujang katak adalah pilihan tepat untuknya dan langsung meminangnya. Kakak Kakak puteri bungsupun menyesal karena telah menolak dan meludahi bujang katak. Akhirnya pernikahan pun dilangsungkan dengan mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam. Kakak Kakak puteri bungsupun akhirnya menyuruh para pengawal untuk menangkap katak katak yang ada disawah karena mereka berfikir bahwa bujang katak berasal dari katak katak biasa di sawah.

Mereka masing masing menyimpan satu katak dalam lemari berharap 7 hari kemudian berubah menjadi pria tampan. Namun alangkah terkejutnya mereka ketika membuka lemari bau busuk langsung menyebar seistana karena katak katak itu mati dan berulat. Keenam puteri tersebut berlari keluar kamar sambil muntah muntah karena bau busuk tersebut. Sang Raja yang mengetahui perbuatan ke enam puterinya akhirnya memberi hukuman untuk membersihkan kamar mereka masing masing. Sang Puteri bungsu hanya tersenyum melihat kelakuan kakak kakaknya .
   
Waktu berlalu dan Sang  Raja merasa semakin tua dan akhirnya menyerahkan Tahtanya kepada bujang Katak. Mereka hidup bahagia dalam istana. Bujang katak Ibunya Puteri bungsu dan keluarga Raja lainnya. Bujang katak menjadi Raja yang bijaksana dalam memimpin rakyatnya.

Tidak ada komentar: